Lompat ke konten

Anggrek Selop, Sandal Dewi Venus

  • 3 min read

Dinamakan Anggrek Selop atau Anggrek Kasut karena bentuk bibirnya menyerupai selop, di Indonesia sendiri dikenal sebagai Anggrek Kantong Semar walaupun tidak ada hubungannya dengan tanaman karnivora Kantong Semar (Nepenthes sp.). Di luar negeri terkenal sebagai “Venus Slipper Orchid” yang artinya selop Dewi Venus sang Dewi Cinta dan Kecantikan.

Hanya ada sekitar 80 spesies Anggrek Kasut, dan semuanya terdaftar di bawah Apendiks I Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES), yang berarti bahwa perdagangan internasional komersial spesimen bersumber dari alam liar dilarang, sedangkan perdagangan non-komersial diatur.

Semua Anggrek Kasut hanya ditemukan di wilayah Asia dan bersifat endemik, jadi sangat wajar bila anggrek ini dilindungi sebagai tanaman yang terancam punah, apalagi terjadinya degradasi habitatnya yang semakin hilang digunakan untuk perkebunan dan ladang bahkan perumahan.

Berikut ini daftar Anggrek Kasut yang habitat aslinya berada di Indonesia:

  1. Paphiopedilum barbatum (Semenanjung Thailand hingga Sumatra)
  2. Paphiopedilum bullenianum var. celebesense (Sulawesi hingga Maluku)
  3. Paphiopedilum dayanum (Kalimantan)
  4. Paphiopedilum gigantifolium (Sulawesi)
  5. Paphiopedilum glaucophyllum (Sumatra Tengah hingga Jawa Timur)
  6. Paphiopedilum hookerae (Kalimantan)
  7. Paphiopedilum intaniae (Sulawesi)
  8. Paphiopedilum javanicum (Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Flores)
  9. Paphiopedilum kolopakingii (Kalimantan Tengah)
  10. Paphiopedilum lawrenceanum (Kalimantan)
  11. Paphiopedilum liemianum (Sumatra Utara)
  12. Paphiopedilum lowii var. lynniae (Kalimantan)
  13. Paphiopedilum lowii var. richardianum (Sulawesi)
  14. Paphiopedilum mastersianum (Jawa Barat hingga Maluku)
  15. Paphiopedilum papuanum (Papua dan PNG)
  16. Paphiopedilum primulinum (Aceh Selatan)
  17. Paphiopedilum robinsonianum (Sulawesi Tengah)
  18. Paphiopedilum rothschildianum (Barat Laut Kalimantan)
  19. Paphiopedilum sanderianum (Barat Laut Kalimantan)
  20. Paphiopedilum sangii (Sulawesi Utara)
  21. Paphiopedilum schoseri (Sulawesi hingga Maluku)
  22. Paphiopedilum supardii (Kalimantan Tenggara)
  23. Paphiopedilum superbiens (Utara dan Timur Sumatra)
  24. Paphiopedilum tonsum (Utara dan Timur Sumatra)
  25. Paphiopedilum victoria-mariae (Sumatra Barat)
  26. Paphiopedilum victoria-regina (Sumatra Barat)

Ada satu spesies yang baru saja ditemukan pada tahun 2017, dan Anggrek Kasut ini endemik Jawa Tengah tepatnya di sekitar Gunung Tugel pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, yaitu Paphiopedilum agusii. Ditemukan oleh Agus Marup seorang kolektor anggrek.

Anggrek Kasut sangat anggun karena bunga cenderung besar dengan tangkai panjang sehingga tidak tertutup daun, oleh karena itu potensinya sebagai tanaman hias dan bunga potong sangat tinggi. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bunganya yang unik dengan serupa kantong pada lidahnya.

Artikel Terkait:   Anggrek Ekor Tikus, Namanya Tidak Seindah Bunganya

Untuk tanaman hias, kita harus memastikan apakah cocok dengan agroklimat tempat kita, karena Anggrek Kasut memiliki habitat kisaran dataran rendah hingga tinggi. Media yang digunakan sebaiknya humus yang cukup subur serta tidak padat sehingga air cenderung menggenang yang menyebabkan kebusukan pada akar dan batang. Penyiraman dilakukan saat media cukup kering.

Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan dosis setengah dari yang dianjurkan dalam kemasan pupuk. Pupuk sebaiknya menggunakan pupuk organik, sehingga tidak menyebabkan daun terbakar yang berakibat pada menurunnya daya tahan tumbuh anggrek.

Pada habitat aslinya anggrek-anggrek ini hidup pada lantai hutan yang penuh dengan humus dan sangat teduh. Sejauh ini Anggrek Selop hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias, sehingga dilakukan penyilangan untuk mendapatkan bunga yang sangat besar dan mencolok serta tangkai yang cukup tinggi untuk membuatnya semakin anggun.

Saat ini Indonesia belum mampu untuk menghasilkan silangan-silangan berkualitas untuk jenis anggrek ini karena susahnya merawat dan juga kurangnya sumber daya manusia yang mampu melihat potensi dari Anggrek Kasut. Padahal di luar negeri, anggrek ini sangat digemari karena kecantikan dan keunikannya.

Agoes Moestofa